Sunday, August 7, 2016

Perkembangan Dan Sejarah Genre Musik Grunge

Pada era 80-an, musik-musik keras, atau yang kita kenal sekarang dengan nama Hard Rock dan Metal, sedang mendominasi pasar musik pada saat itu. Band-band yang berirama cepat dan keras, dengan distorsi yang meraung-raung dan penggunaan efek-efek lainnya, serta memiliki solo-solo gitar yang super cepat, banyak bermunculan, sebut saja
Guns n’ Roses dan Motley Crue. Seketika itupun genre musik yang mendominasi berubah menjadi musik-musik keras, sehingga perhatian label-label rekaman pun lebih tertuju dengan band-band yang beraliran keras tersebut, karena memang pada saat itu musik-musik keras sedang “menjual”. Seiring dengan berjalannya waktu, era 80-an mendekati akhirnya, dan semakin dekat dengan era 90-an. Ternyata, semakin banyak orang yang mulai bosan dengan musik-musik keras itu.

Karena sudah mulai bosan dan “capek” mendengarkan lagu-lagu yang berirama cepat itu, sebagian orang sudah mulai mencari Genre baru yang lebih modern, dan lebih mudah untuk didengarkan dan “dicerna”, yang mana pada genre itu tidak perlu solo-solo gitar yang memerlukan teknik cukup tinggi, tetapi memiliki lirik yang bermakna dalam dan cukup mudah untuk dimengerti, alias lirik yang lebih Sarkas dalam mengungkapkan maknanya, dan tetap tidak melupakan ciri khas musik-musik terdahulu, yaitu Volume yang di-setting cukup tinggi

Pertengahan tahun 80-an, muncullah band-band yang memiliki kriteria tersebut, sebut saja Green River (dibentuk tahun 1984), Soundgarden (dibentuk tahun 1984), dan Skin Yard (dibentuk tahun 1985). Mereka membawakan lagu-lagu yang berakar dari Heavy Metal dan Hardcore Punk, namun iramanya tidak secepat dan sekeras kedua genre tersebut. Pada awalnya, Green River bersama tiga band lainnya, yaitu Skin Yard, Malfunkshun, dan The U-Men yang paling berpengaruh dalam membawakan genre tersebut, sayangnya Green River, Malfunkshun, dan Skin Yard hanya bertahan hingga tahun 1988. Maka dari itu, keempat band tersebut (The U-Men, Malfunkshun, Green River, Skin Yard) disebut sebagai “The Godfathers of Grunge” atau Bapak Pelopor Grunge.

Godfathers Of Grunge; Green River, Malfunkshun, Skin Yard, The U-Men


sendiri muncul ketika Mark Arm, vokalis dari band Mudhoney, menggunakan istilah itu dalam mendefinisikan jenis musik yang mereka mainkan. Mengapa Grunge? Karena kata-kata “Grunge” sendiri dalam kata-kata baru bahasa inggris-Amerika diambil dari kata sifat/adjective, yaitu “Grungy”, yang dari tahun 1965 secara slang berarti “kotor” atau “dekil”. Disamping itu, karena banyak band-band Grunge yang berasal dari kota Seattle, Washington, maka Grunge pun sering disebut juga dengan sebutan “Seattle Sound”.

Perkembangan musik Grunge

Setelah era 80-an memasuki akhir, band-band besar yang bergenre Grunge banyak yang mendapat kontrak dengan label rekaman yang lebih besar, atau biasa disebut dengan Major Label, setelah sebelumnya mereka berkibar dibawah bendera Sub-Pop Records yang didirikan oleh Bruce Pavitt dan Jonathan Poneman, pada tahun 1986 di Seattle.

Soundgarden menjadi yang pertama dikontrak oleh label besar, yaitu A&M Records pada tahun 1989, bersama dengan Alice In Chains dengan Columbia Records dan Pearl Jam dengan Epic Records beberapa bulan kemudian. Nirvana dikontrak oleh label rekaman Geffen Records pada tahun 1990, dan kerjasama mereka menghasilkan album yang dianggap paling mempopulerkan Grunge, “Nevermind”.

Mulai memasuki era 90-an, Grunge semakin melesat, padahal label rekaman yang paling gencar dalam mempopulerkan Grunge saat itu, Sub-Pop Records, hampir mengalami kebangkrutan. Album-album band Grunge semakin banyak yang meledak dipasaran, namun dua album yang paling berpengaruh terhadap perkembangannya adalah album “Nevermind” dari Nirvana, dan album “Ten” dari Pearl Jam.

Nevermind adalah album kedua dari band Nirvana lewat label Geffen Records, yang dirilis tanggal 24 September tahun 1991. Album itu bahkan pada awalnya tidak diperkirakan akan sukses oleh band dan label rekamannya sendiri, namun tak disangka, album tersebut malah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Gold dan Platinum pada bulan November tahun 1991, Number one Billboard Charts pada bulan Januari tahun 1992, Diamond Album karena terjual lebih dari 10 juta kopi pada bulan Maret tahun 1999. Itupun belum termasuk single-single dari album tersebut yang juga direkam. Beberapa Single yang terkenal dari album Nevermind adalah “Smells Like Teen Spirit”, “Come As You Are”, “Lithium”, serta “In Bloom”. Smells Like Teen Spirit bahkan saat itu menjadi lagu wajib anak-anak muda penikmat Grunge. Pada bulan Januari tahun 1992, Nevermind pun berhasil menggeser album Dangerous dari The King Of Pop, Michael Jackson, sehingga menduduki tangga lagu pada tempat pertama dalam Billboard 200.

Disamping album Nevermind dari Nirvana, juga ada album sukses lainnya, yaitu Ten dari Pearl Jam. Ten adalah album debut dari band Pearl Jam lewat label rekaman Epic Records, yang dirilis pada tanggal 27 bulan Agustus tahun 1991. Sama seperti album Nevermind dari Nirvana, album Ten juga menuai Diamond Album, tetapi baru dinobatkan pada tahun 2009. Album Ten mencetak tiga single, yaitu “Alive”, “Even Flow”, dan “Jeremy”. Video clip dari lagu Jeremy, yang disutradari oleh Mark Pellington, mendapatkan 5 penghargaan pada MTV Video Music Awards pada tahun 1993.

Popularitas Grunge menghasilkan ketertarikan besar dalam scene musik di Seattle. Tidak seperti era sebelumnya, dimana Seattle tidak terfokuskan kepada satu genre musik saja, tapi dengan bermacam-macam genre lainnya, era 90-an menjadikan Seattle sebagai “ibukota” Grunge. Kesuksesannya pada saat itu menjadikan genre tersebut menjadi Mainstream. Grunge juga menjadi kultur yang meng-global pada saat itu, karena Nirvana melakukan tur keliling dunia.

Riot Grrrl; gerakan feminis underground yang menginginkan persamaan derajat


Saking populernya kultur Grunge pada saat itu, para musisi-musisi wanita pun tidak mau kalah dengan kaum laki-laki, sehingga mereka membuat suatu gerakan yang bernama Riot Grrrl. Riot Grrrl adalah suatu gerakan kaum wanita, dimana mereka ingin dihormati dan disejajarkan dengan kaum lelaki lewat gerakan underground, tetapi mereka tidak pernah saling bertengkar dengan kaum lelaki. Band-band grunge yang semua anggotanya adalah wanita pun banyak bermunculan, seperti Bikini Kill, Bratmobile, dan Sleater-Kinney.


Band-band yang paling berpengaruh dalam genre Grunge
Berikut ini adalah band-band yang berkontribusi besar dalam membesarkan nama Grunge.

Mudhoney

Mudhoney adalah band bergenre Grunge, yang dibentuk di Seattle pada tahun 1988. Mudhoney pada awalnya beranggotakan Mark Arm pada vokal dan gitar rhythm, Steve Turner pada gitar lead, Matt Lukin pada bass, serta Dan Peters pada drum. Mudhoney adalah salah satu band yang paling awal membawakan genre Grunge, sehingga mereka dijuluki sebagai “The King Of Grunge”. Di awal karirnya, mereka menandatangani kontrak dengan Sub-Pop Records. Kerjasamanya menghasilkan satu single yang berjudul “Touch Me I’m Sick”, serta sebuah EP yang berjudul Superfuzz Bigmuff. single dan EP tersebut lah yang nantinya meng-Influence band-band Grunge lainnya yang berasal dari Seattle, dan menjadi inspirasi dalam penggunaan sound-sound kotor dan efek feedback yang berlebihan. Hingga sekarang, Mudhoney masih sering berada dipanggung, namun memang sudah tidak sepopuler dulu lagi.


Mudhoney dan EP-nya Superfuzz Bigmuff



Soundgarden

Soundgarden adalah band yang bergenre Grunge, namun memiliki unsur-unsur yang sangat kental dengan Alternative Rock. Soundgarden dibentuk pada tahun 1984 di Seattle, oleh sang vokalis, Chris Cornell, gitaris lead, Kim Thayil, serta seorang bassis, Hiro Yamamoto. Pada tahun 1986, drummer Matt Cameron bergabung dan menjadi drummer permanen, dan bebarengan dengan Matt, bassis Ben Shepherd pun bergabung dan menjadi pengganti permanen bassis yang sebelumnya, Yamamoto, Sehingga formasi tetap Soundgarden adalah Chris Cornell, Kim Thayil, Matt Cameron, dan Ben Shepherd.

Soundgarden dan salah satu albumnya yang paling sukses



Alice In Chains

Alice In Chains adalah band Rock Amerika, yang dibentuk pada tahun 1987 oleh gitaris lead Jerry Cantrell, dan vokalis Layne Staley. Walaupun Alice In Chains sangat terkait dengan Grunge, sound Alice In Chains lebih keras dan menggabungkan Heavy Metal dan instrument-instrumen akustik. Line-up awal Alice In Chains terdiri dari Layne Staley pada vokal, Jerry Cantrell pada gitar lead, Johnny Bacolas pada bass, James Bergstrom pada drum. Tidak lama kemudian Bacolas dan Bergstrom digantikan oleh Mike Starr pada posisi Bacolas, dan Sean Kinney pada posisi Bergstrom.

Alice In Chains dan albumnya Dirt, album yang berhasil mempopulerkan AIC



Pearl Jam

Pearl Jam adalah band yang beraliran Grunge, namun sangat kental juga dengan Alternative Rock. Sama seperti band-band Grunge lainnya, Pearl Jam dibentuk di Seattle pada tahun 1990. Pearl Jam didirikan oleh gitaris Stone Gossard dan bassis Jeff Ament. Mereka kemudian merekrut Mike McCready sebagai gitaris, karena pada masa sma dulu, Stone dan Mike adalah teman satu angkatan. Selain McCready, mereka juga merekrut Eddie Vedder sebagai vokalis. Pada awalnya, Eddie adalah seorang vokalis band dari San Diego, California, yang bernama Bad Radio. Ketika tiga anggota lainnya mengirimkannya demo lagu yang sudah mereka tulis, Eddie langsung tertarik dengan musik mereka dan langsung merekam vokalnya pada lagu “Alive”, “Once”, serta “Footsteps” dan mengirimkannya kembali kepada Stone, Jeff, dan Mike. Mereka tertarik dengan vokal Eddie, dan langsung menerbangkannya ke Seattle untuk audisi. Dalam waktu kurang dari seminggu, Eddie lansung bergabung dengan mereka.

Pearl Jam dan albumnya yang melegenda, Ten



Nirvana

Nirvana adalah band Grunge Amerika yang dibentuk oleh vokalis merangkap gitaris, Kurt Cobain dan bassist Krist Novoselic di Aberdeen, Washington pada tahun 1987. Drummer pertama mereka adalah Aaron Burckhard, namun karena Kurt dan Krist belum benar-benar merasa pas dengan sang drummer, mereka segera mencari drummer baru untuk menggantikan Aaron. Dengan waktu yang lama, akhirnya teman mereka yang bernama Buzz Osborne dari The Melvins memperkenalkan Nirvana dengan Dave Grohl, yang juga sedang mencari band baru setelah bandnya yang lama telah bubar. Beberapa hari kemudian, Dave diaudisikan, dan dia langsung diterima sebagai drummer baru Nirvana.

Nevermind, sebuah album Nirvana yang meledakkan genre Grunge ke permukaan



Berakhirnya era Grunge

Seiring dengan ledakan kultur tersebut, popularitas Grunge semakin tidak terkendali. Banyak artis-artis tersebut yang tidak nyaman atas kepopuleran mereka, bahkan vokalis dari band Nirvana, Kurt Cobain, sempat mengatakan “Famous is the last thing I wanted to be” yang berarti “Menjadi terkenal adalah hal terkahir yang saya inginkan”, karena saking merasa tidak nyamannya dia. Ketidaknyamanan dari beban popularitas tersebut juga dirasakan oleh band Pearl Jam, dengan banyaknya perhatian yang tertuju kepada sang frontman, Eddie Vedder.

Disamping ledakan tersebut, di Inggris muncul suatu genre yang besar juga, yaitu Britpop. Artis-artis Britpop pun banyak yang menolak kultur Grunge tersebut, karena menurut mereka Grunge itu berkesan “urakan”, “asal-asalan dan apa-adanya”, serta “kotor”. Damon Allbarn, vokalis dari band Britpop, Blur, bahkan menyatakan bahwa Blur adalah sebuah band yang Britpop bersifat ”Anti­-Grunge”. Tidak dengan Noel Gallagher, sang vokalis band Britpop¸ Oasis. Noel menyatakan bahwa dia adalah salah satu fans Kurt Cobain¸ namun dia pun menolak sebuah lagu Kurt Cobain yang bertajuk “I Hate Myself And I Want To Die”. Noel tidak ingin unsur bunuh diri itu masuk kedalam kultur Britpop.

Berakhirnya era Grunge berawal dari tragedi mengenaskan yang menimpa Kurt Cobain, sang pahlawan yang telah membesarkan nama Grunge pada tahun 1994. Kurt diberitakan tewas setelah mayatnya ditemukan di rumahnya dalam keadaan mengenaskan dengan mukannya yang sudah tidak tersusun lagi. Pihak otopsi mengatakan bahwa Kurt telah bunuh diri, dengan cara menembakan kepalanya sendiri menggunakan sebuah pistol berjenis Revolver.

Disamping tragedi kematian Kurt, yang cukup mempengaruhi berakhirnya era Grunge adalah pertikaian yang terjadi antara Pearl Jam dengan sebuah perusahaan penjual tiket, Ticketmaster, yang mengakibatkan Pearl Jam memboykot Ticketmaster sehingga mereka tidak akan bermain di venue-venue dan acara musik lainnya yang disponsori oleh Ticketmaster. Ternyata pemboykotan itu membuat Pearl Jam tidak dapat bermain di Amerika selama 3 tahun setelahnya.

Pada tahun 1997, Soundgarden mungumumkan pembubaran diri mereka, karena didalam Soundgarden terdapat konflik internal. Selain karena konflik internal, para anggota Soundgarden juga merasakan kebosanan pada tur-tur mereka.

Selain kematian Kurt, pertikain antara Pearl jam dan Ticketmaster, serta bubarnya Soundgarden, juga terdapat tragedi kematian lainnya. Kali ini tragedi itu menimpa vokalis dari band Alice In Chains, Layne Staley. Layne ditemukan tewas pada tanggal 20 bulan April tahun 2002, di kondominiumnya akibat overdosis heroin.

Empat kejadian tersebutlah yang pada akhirnya mengakhiri masa-masa kejayaan Grunge, karena mereka adalah bagian yang sangat penting dalam kepopuleran genre Grunge itu sendiri.

Pada era setelah itu, yaitu era 2000-an awal, band-band post-grunge mulai bermunculan. Post-grunge adalah genre yang mengacu pada musik-musik Grunge, tetapi dengan lagu yang lebih dapat diterima oleh masyarakat umum. Beberapa band post-grunge awal adalah Foo Fighters, yang dibentuk oleh Dave Grohl sang ex-drummer Nirvana, Creed, dan Matchbox Twenty, lalu setelah itu muncul gelombang kedua, seperti Staind, Puddle Of Mudd, Three Days Grace, dan Nickelback. Gelombang kedua ini meraih sukses yang lebih komersil daripada gelombang pertama.

“I’d rather be hated for who I am, than be loved for who I am not”

-Kurtis Donald Cobain

Sumber : Disini

No comments :

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya